Beast Boy Ramyeon Shop (Part 4)

Main Cast:

(2PM) Ok Taecyeon

(Miss A) Bae Suzy

(2PM) Jang Wooyoung

(2NE1) Dara/ Park Sandara

Support Cast:

(FX) Jung Krystal

(CNBlue) Lee Jonghyun

 

Pagi-pagi sekali Taecyeon sudah meluncur ke “kantornya”, ia sudah mandi dan itu sudah menjadi ritualnya sebelum masuk dapur. Hari itu ia bangun lebih awal dari biasa untuk mempersiapkan pesanan Konglomerat Jung – yang bahkan belum pernah ia lihat wajahnya- dan pesanan tambahan yang harus ia siapkan. Ia melangkah ringan menuruni tangga, membuka jendela besar area madang agar udara segar masuk. Lampu belum menyala, Taecyeon berjalan ke arah dapur dengan hati-hati, hingga persis di pojok khusus sesuatu mengagetkannya.

“RAJUNGAN!!” Makinya, persis seperti Spongebob memaki saat sedang kesal. Ia hampir jatuh saking kagetnya.

“Bu-bu-bukannya kk-ka-kau masih tt-ti-dur?” tanyanya terbata-bata. Ia kaget melihat Wooyoung sudah duduk di pojok khusus, pakaiannya juga sudah rapi. Ia ingat saat bangun lampu kamarnya tidak menyala, jadi tidak melihat dengan jelas kalau ternyata Wooyoung sudah tidak lagi di tempat tidur.

“Aku tidak bisa tidur,” kata Wooyoung pelan –terdengar seperti keluhan– suaranya masih bergetar.

“Paling tidak, kan kau bisa menyalakan lampu. Aku bisa kena serangan jantung kalau sekali lagi kau mengagetkanku.” Omel Tacyeon di pagi buta.

Taecyeon menyalakan lampu lalu duduk di sebelah Wooyoung. Ia melihat kertas-kertas berderet rapi di atas meja. Sketsa berwarna dari Krystal tampak hidup dan menggoda. Taecyeon dan Wooyoung saling pandang saat mendengar bunyi keroncongan dari perut masing-masing.

“Sup kue ikan sepertinya lezat,”  Wooyoung menelan ludah sambil memandang Taecyeon dengan tatapan super aegyeo-nya.

“Aku tahu!” desah Taecyeon, menyerah di bawah sorot mata Wooyoung.

Pagi itu setelah sekian lama, akhirnya mereka sarapan satu meja. Tidak ada percakapan di meja makan. Wooyoung menyantap supnya dengan lahap, tapi Taecyeon menyelesaikan sarapannya lebih dulu.

“Dimana kau mengenal __ uhmm__ Krystal?” tanya Wooyoung selesai sarapan. Ia malas harus menyebut nama wanita itu.

“Kemarin dia kemari, menguji ramenku, dan menilainya minus.” Taecyeon tersenyum masam, lalu melempar pandangannya pada sketsa Krystal. “Begitulah sampai akhirnya sketsa itu ada padaku.” Lanjutnya.

Wooyoung terdiam tanpa ekspresi. Ia layu setiap nama Krystal disebut.

“Pagi ini aku harus ke kantor pengacara Lee untuk memeriksa dokumen dari klien. Jadi, apa yang bisa kubantu sebelum pergi?” Wooyoung melirik jam tangannya, mencoba mengalihkan pembicaraan yang ia mulai sendiri. Ia punya jadwal prakter pra siding tugas akhir di kantor Tuan Lee hari itu. Jadwalnya 3 kali satu minggu.

“Kau sudah rapi, jangan pegang benda berbau!” cegah Taecyeon, lalu berjalan menuju ruang penyimpanan.

“Aku tidak akan menyentuh daging. Sayuran tidak akan meninggalkan bau.” Wooyoung menggulung lengan kemeja satin merah maroon-nya lalu menyambar apron yang dilemparkan Taecyeon kemudian memebuntutinya. Wooyoung membantu memindahkan sayuran ke dapur untuk diolah. Taecyeon merebus air untuk kaldu di dandang besar sambil meracik bumbu.

“Nanti aku langsung ke aula, jadi kalian duluan saja. Aku akan ikut Tuan Lee ke pengadilan mengurus beberapa kasus.” Beri tahu Wooyoung, selesai juga dengan bantuan ala kadarnya untuk Taecyeon. “Oh iya, nanti Paman Seo yang akan mengantarkan mobil dan membantu kalian mengangkut pesanan.” Tutupnya.

“Iya. Kau pergilah! Nanti terlambat,” sahut Taecyeon. Wooyoung melambai pada Taecyeon lalu berlari ke luar restoran dan berpapasan dengan Dara dan Cheondung, yang baru pulang dari pasar ikan, di pintu.

“Pagi sekali dia kemari. Memangnya ada apa?” Dara menanyai Taecyeon dengan heran.

“Semalam dia tidur di sini.” Jawab Taecyeon, Dara merespon dengan anggukan kecil.  “Oh iya noona, coba lihat ini!” Taecyeon menyeret Dara ke pojok khusus dan memamerkan sketsa ramen dari Krystal.

Cheondung tak mau ketinggalan, ikut menyerbu lembaran kertas yang dimaksud Taecyeon.Dara mengamati sketsa Krystal dan menyimpan kekaguman dalam senyumnya. Cheondung membelalak – berbinar – berkaca-kaca – begitu berbahagia melihat goresan tangan gadis pujaannya.

“Aku akan memodifikasinya sedikit. Terlalu feminin.” Seru Taecyeon. Dara mengangguk, “Kau tahu harus bagaimana,” ujarnya, tersenyum pada Taecyeon lalu bergerak mendekati dapur.

***

Wooyoung tersenyum mendapati Suzy sudah berdiri manis di depan rumah, menunggunya. Wooyoung memperlambat laju mobilnya. Ia mengamati Suzy dari kejauhan. Gadis itu terlihat manis seperti biasa. Skinny jeans, flat shoes, kaos dan kemeja membuat cantiknya special di mata Wooyoung.

Suzy melempar senyumnya pada Wooyoung dan memberikan sapaan pagi saat Wooyoung mulai memacu mobilnya.

“Bagaimana tidurmu?” Wooyoung melirik Suzy. Wajahnya memerah.

“Aku tidur nyenyak sekali.” Senyum Suzy merekah dan menampakkan gigi kelincinya.

“Ini!” Wooyoung meraih tas kecil di bangku belakang, saat mobilnya berhenti di lampu merah. Lalu menyerahkannya pada Suzy.

Suzy memandang Wooyoung dengan mata besarnya yang bening.

“Kau pakai saja sambil menunggu kameramu selesai diperbaiki.” Wooyoung kembali memacu mobilnya. Sementara Suzy masih menoleh ke arahnya.

“Kau masuk kelas jam berapa?” tanya Wooyoung, mengalihkan perhatian Suzy.

Thank you!” kata Suzy, masih mengunci Wooyoung dengan matanya.

“Uhm!” balas Wooyoung sambil tersenyum. “Jadi, kelasmu mulai jam berapa?”

“Jam 11!” seru Suzy bersemangat.

Wooyoung melihat jam tangannya lalu tertawa. Masih ada –paling tidak– 3 jam lagi sebelum kelas dimulai dan 2 jam lagi sebelum Kantor Pengacara Lee buka. Suzy menyusul tawa Wooyoung ketika membayangkan semacam kencan pagi buta dengan Wooyoung.

“Kau sudah sarapan?” tanya Wooyoung.

“Sudah. Kau?”

“Aku dan Taecyeon tadi pagi sarapan bersama.”

“Oooh!”

Lalu keduanya diam dan tampak canggung. Mungkin karena semalam Wooyoung mengantarnya pulang dan mereka bermain kembang api di taman dekat rumah Suzy tepat pukul 9 – seperti kebiasaan masa kecil Suzy – lalu Wooyoung menciumnya saat kembang api terakhir dinyalakan dan baru mengakhirinya ketika bunga apinya habis. Ciuman pertamanya, dengan Wooyoung dan itu berlangsung cukup lama. Ia kehilangan kepercayaan dirinya dan terlalu bahagia hingga pagi itu wajah keduanya masih merah jika tiba-tiba pandangan mereka bertemu.

“Kalau begitu kita minum kopi saja, ya?” usul Wooyoung. Suzy mengangguk.

Wooyoung dan Suzy duduk bersama di bawah daun-daun ungu Jahayeon yang berguguran. Suzy memangku buku “DSLR Cinematography Guide” hadiah Wooyoung semester lalu. Ia memutar cincin yang melingkar di jarinya, lalu mengambil gelas kopi yang disodorkan Wooyoung.

“Apa rencanamu setelah lulus?” tiba-tiba Suzy penasaran pada rencana masa depan Wooyoung.

“Entahlah! Mungkin melanjutkan sekolah ke Amerika __” Wooyoung menghentikan ucapannya ketika mendengar Suzy menghela nafas. Ia menoleh dan mendapati Suzy cemberut.

“Atau membuka Biro Hukum sendiri dan menikahi seorang gadis.” Lanjut Wooyoung, menyimpang dari apa yang akan ia katakan sebelumnya. Tapi Suzy sudah terlanjur cemberut. Wooyoung hanya tersenyum melihat gadis di sebelahnya.

“Lalu apa rencanamu? Tahun depan kau juga sudah harus menyelesaikan studimu, kan?”

“Aku akan bekerja di stasiun tv terbesar di Korea __” kata Suzy, mengurungkan kelanjutan mimpinya.

“Kalau aku memintamu menikah bagaimana?”

Suzy tersentak kaget mendengar pertanyaan – atau bisa dibilang pernyataan – dari Wooyoung. Ia memaku pandangannya ke daun-daun yang baru saja jatuh ke tanah di hadapannya. Tak berani menatap Wooyoung, apalagi ia menyadari wajahnya memerah saat itu. Ia tak ingin melonjak girang tapi Wooyoung memberikan mimpi padanya. Ia tak ingin kecewa seperti ia kecewa pada ayahnya.Dalam kamusnya hingga saat itu ia belum bisa 100% mempercayai pria manapun. Suzy mengenyahkan bayang-bayang resepsi penikahannya dengan Wooyoung.

Suzy memberanikan diri menoleh Wooyoung. Senyumnya melengkung seperti bulan sabit. Wooyoung tak mendesak jawaban Suzy. Lagipula ia pikir apa yang barusan bisa disebut sebagai lamaran. Ia sendiri masih terikat dengan orang tuanya. Wooyoung membalas senyum Suzy lalu menyeruput kopinya yang mulai dingin.

“Aku akan menjadi reporter atau penyiar berita kriminal.” Kata Suzy setengah menggoda Wooyoung, tapi yakin dengan ucapannya.

“Oh?” Wooyoung terkejut dan hampir menyemburkan kopinya, alih-alih ia malah menelannya hingga tersedak.

“Kau yakin?” tanya Wooyoung ragu.

Suzy mengangguk. “Menjadi reporter khusus Pengacara Jang!” katanya lalu tertawa lepas, wajahnya menengadah ke langit, tampak begitu cerah saat ia tertawa.

Wooyoung tersenyum, mengacak-acak rambut Suzy yang tertiup angin. Ia memandang Suzy dengan resah. Belakangan ini ia malah semakin dekat dengan Suzy dan selalu ada waktu untuk bersama. Tapi ia malah semakin gelisah karena sesuatu yang tidak akan bisa masuk logika siapa pun. Bahkan tidak bisa dimengerti dirinya sendiri.

***

“Bae Suzy!!”

Suzy memutar pandangannya mencari ke sumber suara. Seorang pria melambai padanya dari salah satu meja kafetaria, saat ia baru saja masuk. Pria itu tersenyum manis dan Suzy perlahan mendekati seniornya yang sedang sarapan itu.

Seonbaenim, annyeonghasaeyo! ” Suzy membungkuk lalu duduk di depan seniornya.

“Kau sudah sarapan?”

Suzy mengangguk. Tentu saja sudah, lagi pula siapa yang sarapan pada jam segitu. “Sudah.” Katanya sambil tersenyum.

Jonghyun menyendok potongan pancake madu yang sudah dipotong-potongnya sebesar penampang sendok. “Omong-omong bagaimana persiapan dokumentasimu?” tanya Jonghyun sambil melumat pancakenya.

“Entahlah! Sepertinya aku harus mencuri start. Menyelinap ke galeri lukis. Hehehe~” Suzy tertawa dan melemparkan tatapan iseng pada Jonghyun. Jonghyun pun ikut tertawa mendengar ide gila Suzy.

“Yah, terkadang sebagai reporter kau harus bisa melakukan apapun untuk mendapatkan berita yang lebih.” Jonghyun mengangguk, mengayunkan garpu yang berlumuran madu di atas piringnya.

“Tapi jangan pernah lupa kode etik, ya!” katanya lagi lalu tersenyum. Suzy tersenyum iseng. Ia tidak benar-benar akan melakukan tindakan gila seperti kata-katanya barusan. Setidaknya jika tidak terpaksa.

“Tidak, kok. Paling-paling aku hanya akan mengambil gambar di sekitar convention hall saja. Sambil menanyai panitia untuk mengetahui persiapan mereka.”

“Aku tidak yakin!”

“Sungguh! Aku tidak akan macam-macam.” Suzy mengangkat tangan kanannya yang terbuka. Bersumpah akan bersikap manis.

“Baiklah! Oh iya aku mengenal seseorang di jurusan seni lukis. Nanti kukenalkan padanya.”

“Apa aku bisa masuk ke belakang panggung nanti?” mata Suzy berbinar menatap Jonghyun.

“Kita lihat saja. Kalau dia belum berubah, jangan berharap banyak. Dia adalah orang yang punya profesionalisme tinggi. Dia tidak mungkin mencampur urusan pekerjaan dengan urusan pribadi.” Kata-kata Jonghyun tiba-tiba melemaskan Suzy.

Jonghyun bangkit dan megajak Suzy ke Gedung Fakultas Seni begitu selesai sarapan. Mereka berjalan bersisian sambil mengobrol tentang broadcasting. Jonghyun adalah senior Suzy yang satu tingkat dengan Taecyeon dan Wooyoung. Sebenarnya Suzy lahir di tahun yang sama dengan mereka, tapi Suzy masuk setahun setelahnya karena sempat menunda kuliah. Bagaimanapun Jonghyun adalah seniornya di kampus.

“Woaaa~” Suzy membuka mulutnya lebar-lebar dan memandang sekeliling gedung. Terkesima dengan sentuhan seni yang detail pada setiap sudut ruangan. “Ini gila! Bagaimana mungkin mereka mengukirnya?” Ia mendesis ketika menemukan penggalan naskah kuno jaman Joseon diukir pada sebuah vas kaca. Benar-benar mengagumkan. Jonghyun melirik dan tersenyum geli.

Suzy berlari mengikuti langkah Jonghyun. Kepalanya terus berputar ke sekeliling dan tak berhenti berdecak kagum.

“Krystal!” teriak Jonghyun ketika melihat kenalannya baru saja keluar dari ruang printing. Suzy berhenti di tempatnya, mengamati dari jauh.

“Uh? Jonghyun-ah!” Krystal tersenyum ramah, sangat cerah.Tidak masam seperti biasa.

“Kau buru-buru, ya?” Jonghyun melirik barang bawaan Krystal, tas jinjing, tabung gambar, dan ransel.

“Oh, sebenarnya aku ada acara malam ini. Jadi, yah __ aku harus pulang cepat. “ Krystal memandang arlojinya, lalu berpaling pada Jonghyun lagi. “Ada yang bisa kubantu?” tanyanya.

“Uhm__ sebenarnya aku ingin mengenalkan seseorang padamu. Dia juniorku di broadcasting dan akan meliput acara kalian.” Jonghyun menghentikan ucapannya lalu berbalik pada Suzy, menarik lengan gadis itu. “Kalau kau berkenan, mungkin kau bisa membantunya.” Katanya lagi. Jonghyun dan Suzy memandang wajah barbie  Krystal, menanti reaksinya.

Suzy maju dan memperkenalkan diri. Masa bodoh dengan reaksi gadis angkuh di hadapannya. Ia hanya ingin ‘jalan mulus’ ke belakang panggung. Krystal hanya berdehem lalu menyebutkan namanya. Menghilangkan rasa simpati Suzy seketika. Apalagi dengan tatapan merendahkan yang diberikan Krystal padanya, membuat Suzy kesal. Kalau saja Jonghyun tidak ada di sana, kalau saja gadis angkuh itu bukan teman Jonghyun, ia pasti tidak akan berlama-lama di situ. Suzy balas menatap Krystal dengan tajam. Ia bersumpah tidak akan berurusan lagi dengan gadis angkuh itu. Jonghyun memandang dengan penuh kengerian, dalam visualnya ia seperti melihat sambaran kilat dari mata masing-masing gadis di depannya, yang sedang saling pandang seperti akan tawuran di jalan.

“Nah, sekarang biar aku yang ajak Suzy berkeliling. Kau tidak masalah, kan?” Jonghyun kini berdiri di antara keduanya. Melerai pertarungan yang belum terjadi.

“Kenapa harus kau?” Krystal menoleh tak suka.

Suzy ingin sekali membantah. Tapi ia masih menahan diri. Bukan hal baik membuat keributan dengan senior apalagi di teritorial Si Gadis Angkuh. Ia hanya akan memperburuk keadaan, dan Jonghyun __ entah apa yang akan ia katakan pada Taecyeon seandainya keributan benar-benar terjadi. Beasiswanya pun bisa ditarik oleh kampus.

“Aku saja yang antar. Kau bisa tunggu kami di kafetaria. Aku tidak akan melukainya.” Ujar Krystal. Lalu menyerahkan barang bawaannya pada Jonghyun untuk disimpan di loker. Sementara ia berkeliling bersama Suzy.

Krystal berkali-kali mencuri pandang pada gadis yang berjalan di sisinya. Tapi Suzy pura-pura tak tahu, meskipun sebenarnya ia tidak suka dengan cara Krystal menatapnya.

“Kau tidak mengenaliku?”

Suzy mendengus kesal. “Memangnya aku harus mengenalimu?” gerutunya dalam hati.

“Kita bertemu di depan Ramyeon Shop!” kata Krystal yakin. “Umm, yah aku yang melihatmu, sih. Kau di mobil bersama Wooyoung, kan?”

Suzy mengernyitkan dahi. Sama sekali tidak mengerti ucapan Krystal. Dia dan Wooyoung di depan Ramyeon Shop?

“Dengar, ya! Aku tidak mengenalmu dan kita belum pernah bertemu. Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Kalau kau merasa mengenal Wooyoung __ Pria itu __ kau bisa bertanya padanya. Aku kemari bukan untuk membicarakan masalah pribadi. Lagipula kupikir kau orang yang menjunjung tinggi ke-profesionalisme-an, jadi kita lanjutkan saja urusan kita. Atau kau bisa mengusirku dari sini, lalu aku akan pergi dengan senang hati.” Suzy, sepertinya sudah kehabisan sabar menghadapi Krystal, tak menyadari sudah mengomeli Krystal di tengah koridor – yang sayang sekali sedang cukup banyak orang yang lewat – dan Krystal hanya mendengus, tak berkata-kata. Tapi Suzy merasa lega, lega sekali. Ia merasa tak masalah jika masih harus melanjutkan kunjungannya siang itu.

Krystal tersenyum sinis. Lalu kembali ke tujuan awal –convention hall –. Ruangan itu besar sekali. Suzy hanya bisa menahan ekspresi kagumnya, demi menjaga gengsi di depan Krystal. Di dalam ruangan itu ternyata sudah banyak orang. Sibuk menata kursi, menghias kursi dan meja, menata hasil seni yang akan dilelang, dan sebagian lagi berada di panggung.

“Kau boleh melihat-lihat, bertanya juga boleh. Tapi jangan menyentuh apapun!” Krystal menodongkan telunjuknya dengan angkuh. “Aku akan menemui ketua panitia. Biar aku yang minta ijin untukmu.” Katanya lagi.

Suzy mendengus lagi. Paling tidak kali ini tanpa embel-embel gerutuan atau keluhan akan sikap angkuh Krystal. Ia berkeliling ruangan sementara Krystal terlihat akrab mengobrol dengan para panitia.

***

“Bagaimana kunjungannya?” Jonghyun terlihat antusias dengan kesan Suzy. Meskipun ia tahu gadis itu kesal dengan sikap Krystal.

“Dimana, sih kau menemukan gadis angkuh macam dia, Jonghyun?” Suzy berteriak melalui tatapannya.

“Aku ambil beberapa gambar persiapan mereka tadi. Untuk permulaan, sih aku rasa sudah cukup. Tinggal meliput gladi bersih saja sebelum acara.”kata Suzy sambil melihat hasil dokumentasinya. Jonghyun mengintip hasil buruan Suzy.

“Oh iya, kau bukannya ada kelas?”

“Kelasku dibatalkan karena Shin seonsaengnim masih dalam perjalanan dari Ilsan. Tadi asistennya membagikan materi dan tugas baru. Jadi, aku akan ke perpustakaan saja. Sudah jauh-jauh datang ke kampus, sayang kalau tidak melakukan apa-apa.” Ujar Suzy, lantas mukanya memerah menyesali ucapannya. Harusnya ia tidak perlu memberi tahu Jonghyun tentang rencananya. Bagus kalau Jonghyun peduli, lagipula siapa yang akan peduli pada rencananya. Suzy menertawakan dirinya dalam hati.

“Kalau begitu kita pergi bersama saja. Ada buku-buku yang harus kukembalikan. Lagipula asrama jam segini masih sepi, membosankan kalau hanya diam di kamar.” Kata Jonghyun bersemangat.

Jonghyun memimpin langkah Suzy menuju Kyujanggak, perpustakaan utama SNU. Tapi ia mengambil rute yang tidak biasa. Meski begitu Suzy diam saja dan tetap membuntuti. Ia tahu kemana Jonghyun membawanya. Gedung Administrasi. Jonghyun tentu bukan bermaksud memperpanjang beasiswanya, karena bulan itu bukan jadwal perpanjangan beasiswa. Suzy tahu betul itu, karena dia juga mendapat jatah beasiswa.

Entah kenapa hari itu, tidak biasanya Suzy ikut seseorang sampai ke tujuan akhir, apalagi sampai tahu yang orang itu lakukan. Biasanya kalau ia diminta menemani seseorang mengurus suatu hal ke suatu tempat, ia akan mengatakan “Aku tunggu di sini saja. Selesaikan saja urusanmu!” Lalu dia akan menunggu sambil mengambil gambar di sekelilingnya dengan kamera DSLR-nya. Suzy mengikuti Jonghyun sampai ke tujuan akhir, sebuah ruangan yang  tak asing bagi Suzy dan mahasiswa yang bergantung hidup pada beasiswa kampus. Ruang administrasi yang mengurusi beasiswa internal, nasional, internasional, dan pertukaran pelajar.

“Tidak mungkin! Apa Jonghyun akan mendaftar untuk program student exchange tahun ini?” Suzy hanya bisa berteriak dalam hati. Lalu melintas nama Taecyeon di benaknya.

Suzy benar-benar terkejut saat Jonghyun mengeluarkan dua bundle berkas. Masing-masing terdiri dari 3 amplop, tertulis data diri – nama mahasiswa, jurusan dan universitas tujuan – di bagian depan amplop.

Jonghyun – Lee

Department of Broadcasting

California University

Petugas administrasi langsung membuka isi amplop milik Jonghyun, memeriksa kelengkapan lalu mendata nama Jonghyun. Bundel kedua sudah di atasmeja petugas dan mendapat perlakuan yang sama seperti berkas Jonghyun. Suzy membaca data diri yang tertulis di amplop dan merasakan seperti ada yang menekan jantungnya  hingga pecah.

Taecyeon – Ok

Department of Biology and Chemichal Engineering

Erasmus University

Suzy hanya tak bisa berkata-kata. Ia tidak ingin mempercayai penglihatannya. Tapi ia kecewa. Itu memang berkas milik Taecyeon. Tapi kenapa ia harus kecewa. Karena Taecyeon mendaftarkan diri? Atau karena Taecyeon mengingkari janjinya? Suzy hanya tak bisa menggunakan organnya dengan baik. Jadi, ia mencoba mengatur nafas dan menenangkan diri.

***

Aula Gedung JungAng Ilbo –The Korean Daily Media Corp.– sudah dipadati tamu. Ruangan dengan luas 10.000 m2 itu didekorasi dengan dominasi warna putih, warna favorit Konglomerat Jung. Meja-meja bundar disebar rapi dengan kursi-kursi mengitarinya. Semua meja sudah penuh. Sementara stan makanan dan minuman tersebar di beberapa penjuru mulai didatangi tamu.

Pesta ulang tahun Konglomerat Jung tahun itu digelar cukup mewah, karena mengundang banyak kolega dan rekan bisnis. Presdir Jung memanfaatkan momen ulang tahunnya untuk mengumumkan sesuatu hal yang penting sehingga menjadi sorotan berbagai media. Pria berusia 52 tahun itu duduk di meja paling depan bersama anggota keluarganya. Wajahnya dipenuhi senyuman dan tampak berkarisma. Sesekali ia berbisik pada dua wanita cantik yang mengapitnya.

Taecyeon berdiri gelisah di sebelah Dara yang tampak anggun dengan dress warna pink lembut selutut dengan bahu terbuka. Taecyeon berkali-kali merapikan kerah kemeja putihnya yang dibalut jas hitam. Ia kelihatan tegang dan tak nyaman. Ia masih mengawasi Cheondung dan kawan-kawan yang sibuk melayani tamu.

“Hey, sudahlah! Mereka bisa mengatasinya, kok. Mereka harus mulai membiasakan diri bekerja sendiri.” Ujar Dara, tersenyum bijak pada Taecyeon. Taecyeon mengangguk pelan dan dengan berat hati harus melepas pengawasannya pada stan ramen mereka.

“Wooyoung belum datang?” tanya Dara, setengah berteriak karena suara musik yang menggema di ruangan.

Taecyeon melirik jam tangannya, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Wooyoung.

“Tidak diangkat.” Katanya, mulai mengetikkan sesuatu di ponsel.

“Mungkin dia terjebak macet.” Dara mencoba menenangkan Taecyeon.

Dari kejauhan Taecyeon memandang ke meja Presdir Jung. Ia ingin tahu seperti apa wajah orang-orang terdekat Presdir Jung. Taecyeon bermasalah dengan penglihatan jarak jauhnya. Jadi ia tidak bisa melihat jelas seperti apa wajah keluarga konglomerat itu.Presdir Jung duduk bersama empat wanita dan dua pria, salah satu kursi masih kosong. Sepertinya masih ada anggota keluarga yang belum hadir. Mungkin itu juga yang membuat Presdir Jung menunda mengumumkan hal penting yang ditunggu-tunggu para tamu.

“Menurutmu apa yang akan disampaikannya, Noona?” tanya Taecyeon penasaran.

“Kurasa tidak akan jauh-jauh dari masalah bisnis.”

“Kau tahu siapa yang duduk di sebelah Presdir Jung?” Dara balik bertanya.

“Putrinya, tentu saja!” jawab Taecyeon percaya diri.

“Yah, putrinya. Tapi kau tau siapa putrinya?”

Taec menoleh dan memandang Dara penuh tanda tanya.

“KRYS-TAL-JUNG!”

Taecyeon terperangah lalu berusaha mengamati lagi gadis yang dimaksud Dara. “Tidak mungkin!” desah Taecyeon.

“Nanti juga dia kemari mencarimu!” kata Dara yakin.

“Lalu yang lainnya? Apa noona juga kenal?”

Dara menggeleng dan Taecyeon kembali dengan observasi visualnya, memastikan kalau Krystal Jung memang benar berada disana.

***

MC sudah kembali ke panggung dan para tamu diminta kembali ke meja masing-masing karena Presdir Jung akan menyampaikan hal penting. Pria bertubuh gemuk itu berjalan ke atas panggung dengan penuh karisma. Ia mengenakan kacamata agar bisa melihat wajah para tamu dengan jelas. Sebuah televisi besar menampilkan  senyumnya yang merekah hingga pipinya bersemu kemerahan. Wajahnya terlihat ramah berbeda dengan wajah Krystal yang jarang sekali tersenyum.

Krystal berjalan menghampiri stan ramen saat Presdir Jung memulai pidatonya.

“Kau mengubah sketsaku?” tanyanya begitu berhadapan dengan Taecyeon. Dara menyingkir dari pembicaraan, pura-pura membantu Cheondung.

“Maaf, kupikir sketsamu terlalu feminin.” Jawab Taecyeon tak enak.

Krystal membuang muka ke atas panggung. Masih berdiri di dekat Taecyeon. Sepertinya tidak serius menanyai Taecyeon tentang perubahan sketsa ramennya. Taecyeon mendekat ke samping Krystal dan melirik ekpresi bahagia tertahan di wajanya. Krystal lebih terlihat sedih daripada bahagia. Di atas panggung, Presdir Jung memperkenalkan putranya yang akan mewarisi JungAng Ilbo Media Corp, kakak laki-laki Krystal, Jung Deojoon.

“Ayahku ingin bertemu denganmu.” Beri tahu Krystal. Ia menjamit lengan jas Taecyeon dan mengajaknya ke meja dimana Presdir Jung dan keluarganya berkumpul. Taecyeon, meski kaget, tetap saja menurut.

Taecyeon membungkuk 90 derajat saat Presdir Jung menyambutnya dengan sebuah senyum hangat. Presdir Jung memuji ramen buatannya, kecerdasannya dan ketampanannya. Baiklah itu diluar skenario Taecyeon. Ia mengontrol diri agar tetap tenang. Presdir Jung lantas memperkenalkannya pada Nyonya Jung dan puteranya, Jung Deojoon, serta tiga tamunya yang tidak asing bagi Taecyeon. Taecyeon terkejut melihat kedua orang tua Wooyoung –yang pernah bertemu dengannya dua kali di perayaan Chuseok– Tuan dan Nyonya Jang, serta kakak perempuan Wooyoung, Jang Sooyeon rupanya sudah kembali dari Amerika. Taecyeon membungkuk lagi dalam-dalam. Ibu Wooyoung berdiri lalu memeluknya hangat, membuatnya lebih rileks. Sooyeon dan ayahnya tersenyum pada Taecyeon.

Taecyeon menyembunyikan keterkejutannya.Ia tidak tahu kalau keluarga Wooyoung sudah kembali dari Amerika. Wooyoung tidak cerita padanya, atau mungkin Wooyoung bahkan belum tahu. Taecyeon mencoba agar tidak berpikir berlebihan.

“Jadi, Anda mengenalnya Nyonya Jang?” Presdir Jung melempar pandangannya pada Ibu Wooyoung. Nyonya Jung dan kedua anaknya tak kalah penasaran.

“Dia membantu Wooyoung menjalankan Ramyeon Shop dan mereka berteman baik.” Jelas Nyonya Jung. Ada rasa bangga pada Taecyeon terselip dalam ucapannya.

“Oh itu Wooyoung datang!” seru Sooyeon dari kursinya.

Wooyoung melangkah cepat dan terlihat terburu-buru. Wajahnya berseri-seri karena akan berjumpa dengan keluarganya yang mendadak pulang ke Korea. Ia berjalan sambil mengenakan jas putihnya menuju meja Presdir Jung. Ia sama sekali tak menyadari Taecyeon berada di antara keluarganya dan keluarga Presdir Jung. Wooyoung membungkuk memberi salam pada Presdir Jung dan isterinya.  Mendapati Taecyeon berdiri di samping ibunya dan seketika merasakan darah mengalir ke kepalanya.  Ia mencoba mengabaikan Taecyeon selagi bisa. Ia memeluk ayah, ibu, dan kakaknya bergantian.

“Maaf saya terlambat.” Wooyoung menatap tajam Presdir Jung.

“Tidak apa-apa.” Kata Presdir Jung sambil tersenyum.

Taecyeon membungkuk lalu meninggalkan meja Presdir Jung, meski konglomerat itu sempat mencegahnya dan meminta Taecyeon bergabung di mejanya. Wooyoung hanya melempar tatapan sedingin es pada Taecyeon yang tampak kecewa.

MC kembali meminta Presdir Jung naik ke panggung. Taecyeon berhenti di tempatnya dan menoleh ke panggung. Wooyoung juga berada di sana bersama Presdir Jung. Presdir Jung mengumumkan rencana pernikahan putrinya dengan putera dari keluarga Jang. Taecyeon memandang lekat-lekat wajah sahabatnya dari kejauhan. Wooyoung tampak tersenyum pahit. Tapi Taecyeon tak bisa berbuat apa-apa. Ia memandang geram pada Wooyoung. Ia bisa menghargai keputusan Wooyoung, jika sahabatnya itu memilih bersama Krystal, tapi tidak untuk kenyataan yang disembunyikan Wooyoung darinya.

Tertegun menyaksikan drama yang diskenariokan Presdir Jung di atas panggung, Dara berdiri mematung di dekat stan ramen. Ekspresinya datar tapi perasaanya hancur. Ia melihat punggung Taecyeon begitu gelap.

Are you Sandara?

Dara menoleh pada wanita tua yang menyapanya. Seorang tamu rupanya mengenalinya. Dara mencoba tersenyum.

Yes. But, i’m sorry Mam, have we met before?” tanya Dara dalam Bahasa Inggris begitu yakin lawan bicaranya bukan orang Korea.

Thanks God. You grown up beautiful.” Wanita tua itu terus tersenyum pada Dara. Seperti menemukan kucing kesayangannya yang tidak pulang berhari-hari.

Thank you. Are you Filipino, Mam?” Dara memastikan dugaannya. Pikirannya mengatakan wanita tua itu mengenalnya di Filipina.

“Sweety, did you forget this old lady?”  tanya Si Wanita Tua, terlihat kecewa.

Dara berusaha mengingat. Tapi ia sudah lama melupakan Filipina. Ia merasa bersalah pada Si Wanita Tua yang kelihatan begitu kecewa.

I’m your Grand Mother’s friend!” kata Si Wanita Tua, senyumnya mengembang dan Dara menatapnya dengan berbinar-binar.

Oh my God!  Camille Grandma?” seru Dara girang. Dara yakin ia tak salah mengenali orang. Ia memeluk Nyonya Guinto –Camille Guinto– dengan erat. Ia rindu bau Filipina yang menempel di tubuh Nenek Camille, yang membawa kembali memori akan kampung halamannya.

***

4 thoughts on “Beast Boy Ramyeon Shop (Part 4)

  1. namanya sama kaya d’drama*wlwpun gk seluruhnya. Tp brbeda yh thor critanya, bagus,seru juga. Tp kasian jg yh woozy gk bisa brsatu, berarti taecyoon patah hati dong*yh akhirnya dy sama suzy.

    1. Makasih udh baca ^^
      Iya emang ambil dari judul K-Drama, tapi karna castnya Beast Idol, jd diganti judulnya.. XD Serba salah jg sih, kalo sm Wooyoung kasian Taec. Kalo sm Taec kasian Wooyoung. Hehee~

  2. Tuh kan tuuuh kaaaan,..pasti ada sesuatu dibalik kemunculan krystal,..
    So, seorang wooyong yg fallin love sm suzy ternyata terjebak dalam perjodohan keluarga,..Wooyoung galau nih pasti di part selanjutnya,..galau siapa yang bakalan dipilihnya?

    Suzy? Cewek yg jelas mencuri hatinya dgn cincin sbg tanda cinta?
    Krystal?Cewek yg dijodohin org tuanya?

    Kl suzy pada akhirnya dilepas wooyoung, masih ada taec yg kyknya lebih ‘cinta’ sm suzy,..(gw request ending yg ini boleh ?)

    Yg bikin gw penasaran, kyknya nih krystal udah kenal banget ya sm wooyoung?

    Sandara Park?belum ngeh nih siapa dara sebenernya,…

    OKEEEE,…ditunggu part selanjutnya,..

    *miane br sempet komen,..

Leave a reply to GHyuphi Cancel reply